Kalo ngomongin pengalaman pertama tuh emang selalu bikin deg-degan ya kaks. Mulai dari pengalaman pertama masuk sekolah, masuk kerja, sampai masuk ke rumah mertua, semua sukses bikin deg-degan. Ya kaaan? Baru-baru ini saya ngerasain deg-degan saat pertama kali pesan tiket ferry pakai aplikasi Ferizy. Biar gak penasaran, yuk ah baca selengkapnya di bawah ini!
Pertama kali kenalan sama Ferizy
Sejak pandemi COVID-19 merajalela di muka bumi, saya tuh jadi parno mau jalan ke luar kota. Jadinya selama dua tahun ini benar-benar membatasi mobilitas dan pergi kalau Cuma mendesak aja. Ini saya lakukan demi melindungi keluarga tercinta, dan pastinya patuh sama aturan pemerintah. Duh, warga negara panutan banget ya haha.
Nah, berhubung virus COVID-19 sudah terkendali, saatnya ngebolang lagi! Bulan Mei lalu, saya dan keluarga pergi liburan ke Jakarta lewat jalur darat, yang artinya harus menyebrangi Selat Sunda dengan ferry. Biasanya kan kalau mau naik ferry tuh tinggal datang aja ke pelabuhan trus beli tiket di loket.
Ternyata saat ini gak gitu lagi. Sejak Juli 2020, kalau mau pesan tiket ferry harus pakai layanan Ferizy secara online. ya Allah berasa banget kudetnya bibik, beginian aja gak tau huhuu. Akibat kelamaan ngumpet di dalam tempurung nih. Akhirnya, pesan tiket ferry pakai Ferizy dilakukan satu hari sebelum keberangkatan. Lebih tepatnya sih dua belas jam sebelum keberangkatan haha.
Baca juga: 12 Cara Beli Tiket Ferry dengan Ferizy, Easy Banget!
Pertama kali coba pakai Ferizy
Layanan Ferizy bisa diakses melalui website dan versi mobile apps. Saya lebih memilih menggunakan versi mobile apps karena lebih mudah diakses bagi tunanetra seperti saya. kalau pakai versi website, duh bikin senewen kakak, karena kurang aksessibel.
Pada aplikasi Ferizy, setiap pengguna diharuskan mengisi berbagai informasi. Di antaranya pelabuhan asal dan tujuan, jenis pengguna, jenis layanan, golongan kendaraan, waktu keberangkatan, data penumpang, hingga metode pembayaran. Cukup mudah koq, saya Cuma harus memilih pilihan kategori pada setiap kolom yang tersedia.
Nah, yang agak menyulitkan adalah ketika memasukkan nomor induk kependudukan penumpang. Kalau Cuma berangkat sendiri sih gak masalah kaks ngisi datanya. Tapi saya berangkat bersama beberapa anggota keluarga. Lumayan keriting yes ni jempol.
Belum lagi kalau datanya eror sehingga harus mengulang mengetik NIK dari awal. Kejadian ini dialami ketika memasukkan NIK saya, dan ternyata aplikasinya bilang kalau saya tuh belum mendapat vaksin COVID-19. Fyi, Ferizy ini sudah terintegrasi dengan aplikasi peduli lindungi, keren kan?
Sayangnya, entah kenapa saya yang udah dapat vaksinasi COVID-19 tiga dosis masih dibilang belum vaksin. Nakal ya nih ferizy. Walhasil harus memasukkan ulang data NIK dan saya dinyatakan lolos seleksi Indonesian Idol. Eh maksudnya lolos seleksi untuk dapat naik ferry, alhamdulillah ya.
Sudah beres isi data penumpang, saatnya pilih metode pembayaran. Untuk urusan metode pembayaran, Ferizy cakep banget deh, pilihannya banyak kaks! Pilihan metode pembayaran ini memudahkan banget bagi para pengguna.
Kamu bisa pilih membayar melalui transfer bank, ATM, internet banking, Alfamart, Yomart Group, Pegadaian, dan kantor pos. Gak Cuma itu, bisa juga membayar dengan link aja dan shopee pay. Kalau saya sih lebih memilih menggunakan internet banking.
Berhubung batas waktu pembayaran hanya satu jam saja, harus buru-buru membayar. Daripada tiket hangus dan harus pesan tiket ferry ulang dari awal. Gak, gak, gak kuat kaks!
Baca juga: 8 Tips Cara Pakai Ferizy, Bikin Hidup Jadi Easy!
Udah, segitu aja pesan tiket ferry pakai Ferizy?
Iya, emang Cuma segitu aja koq pesan tiket ferry pakai Ferizy. Gak seribet yang dibayangkan bukan? Setelah sukses melakukan pembayaran, e-ticket akan dikirim ke email yang terdaftar. Nah, tinggal unduh aja deh dokumen yang terkirim di inbox atau spam email.
Saya juga gak repot cetak e-ticket, karena petugas loket gak butuh dokumen cetak. Saya cukup menunjukkan dokumen e-ticket yang ada di handphone ke petugas loket. Trus petugas loket akan scan barcode yang ada di e-ticket untuk keperluan mencetak boarding pass.
Trus gimana Kesan setelah pesan tiket ferry pakai Ferizy?
Buat saya yang baru pertama kali pesan tiket ferry dengan Ferizy, sejujurnya sih deg-degan kaks. Karena gak tahu apa aja yang harus diisi, dokumen apa yang dibutuhkan, dan banyak lagi. Ini akibat terlalu overthinking, jangan ditiru ya!
Tapi, setelah mulai berkenalan dengan Ferizy, mulai dekat, eh akhirnya jatuh cinta. Eciyeee. Gimana gak jatuh cinta, dengan Ferizy pesan tiket ferry jadi makin easy dan pastinya terencana. Buat saya yang perfeksionis dancinta banget sama planning, Ferizy ini bikin saya jadi makin tenang.
Versi mobile apps-nya juga akses untuk tunanetra. sayangnya, kalau mau pesan tiket ferry di website ferizy, gak terlalu aksesibel bagi tunanetra. Saya merasa kesulitan banget karena pilihan pada setiap kolom tidak terbaca oleh screen reader. Ini bisa jadi masukan untuk dibenahi oleh ASDP, dan akan saya bahas di artikel lain.
Digitalisasi dalam pelayanan pelabuhan yang dilakukan oleh ASDP menurut saya sih keren banget. Gak perlu lagi antri beli tiket di loket, gak perlu lagi repot bayar pakai uang cash, dan pastinya tersedia data jumlah penumpang yang akurat.
So, buat kamu yang mau pesan tiket ferry pakai ferizy, jangan ragu ya kaks! Gak seribet yang dibayangkan koq. Sesuai dengan tagline-nya, pakai Ferizy, naik Ferry jadi easy! Siapa nih yang punya pengalaman pertama pakai Ferizy? Yuk, cerita di kolom komentar!
Leave A Comment