Masih ingat konflik dokter Terawan dan IDI terkait cuci otak dengan metode digital substraction angiography atau DSA? Konflik yang telah ada sejak beberapa tahun lalu ini kembali memanas, yang berbuntut dipecatnya dokter Terawan dari keanggotaan IDI.

Terlepas dari permasalahan yang ada, dari perspektif seorang pasien, metode DSA merupakan jalan dari Allah SWT untuk menyelamatkan nyawa saya. Meski banyak pro kontra terkait DSA, saya sih merasakan sekali manfaatnya bagi kesehatan saya.

Iyes, saya tuh udah dua kali mencicipi DSA yang kontroversi ini. Mau tahu gimana rasanya? Yuk, baca pengalaman saya selengkapnya di bawah ini!

Sakit apa sih? Koq dianjurkan untuk cuci otak dengan DSA?

Sejak tahun 2018, saya divonis menderita penyakit trombositemia esensial. Penyakit kelainan darah langka ini menyebabkan kadar trombosit dalam darah meningkat melebihi batas normal.

Penyakit trombositemia esensial memicu timbulnya penyakit sejenis stroke yang dikenal dengan cerebral venous sinus thrombosis atau CVST. Nah, CVST ini terjadi ketika terdapat gumpalan trombosit pada pembuluh darah sinus vena di otak.

Akibatnya, peredaran darah di otak menjadi gak lancar dan menimbulkan tekanan yang tinggi. Tekanan tinggi ini menimbulkan sakit kepala yang sangat parah. Rasanya tuh kayak kepala mau meledak gitu.

Jika kondisi ini tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak dan berujung kematian. Serem kan yes?

Baca juga:   Dikira Sakit Maag, Ternyata Idap Penyakit Kelainan Darah Langka Trombositemia Esensial. Waspadalah!

Ditangani di rumah sakit mana dan berapa biayanya?

Sebenarnya sih saya pingin cobain DSA di RSPAD Gatot Subroto, dengan dokter Terawan yang terkenal itu. Tapi konon kabarnya biaya yang dibutuhkan tuh cukup mihil. Remah-remah Khong Guan kayak saya gak sanggup bayarnya kaks.

Akhirnya, saya melakukan cuci otak di dua rumah sakit berbeda dengan jeda waktu sebulan. Kedua rumah sakit tersebut terletak di daerah Jakarta Pusat.

DSA pertama dilakukan pada Januari 2019, yang menelan biaya Rp. 17 juta. Sedangkan DSA kedua dilakukan pada Februari 2019 dengan biaya Rp. 14 juta.

Persiapan apa yang dilakukan sebelum DSA?

Sebelum melakukan cuci otak dengan DSA, saya menjalani prosedur pemeriksaan darah. Elemen yang diperiksa adalah hematologi lengkap, kadar gula, dan kesehatan ginjal.

Selain itu, saya juga menjalani pemeriksaan jantung dengan metode EKG serta harus menjalani puasa selama delapan jam.

Yang gak kalah penting, saya juga berusaha menenangkan hati dan pikiran biar tekanan darah gak naik. Biasanya tuh tekanan darah saya bisa naik karena gugup menghadapi tindakan medis yang belum pernah dicoba.

Baca juga:   5 Jenis Pemeriksaan Penyakit Jantung, Apa saja?

Gimana prosedur cuci otak dengan DSA?

Ketika menjalani metode DSA, saya sudah menjadi tunanetra dan tidak bisa melihat kondisi di dalam ruangan cath lab. Saya hanya dapat mendengar berbagai suara peralatan medis dan percakapan para dokter dan perawat.

Saya berbaring di meja tindakan dengan infus terpasang di tangan kanan, dan alat pengukur tekanan darah di tangan kiri. Alat saturasi oksigen dijepitkan di telunjuk kiri, untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah.

Sebelum tindakan dimulai, pangkal paha kanan dibersihkan dengan cairan antiseptik untuk menghilangkan kuman dan bakteri. Sembari menyiapkan alat medis, dokter radiologi intervensi menjelaskan secara singkat prosedur yang akan dijalankan.

Selama tindakan DSA, saya dalam kondisi sadar dan hanya menerima pembiusan lokal pada area pangkal paha kanan.

Setelah menyuntikkan obat bius pada pangkal paha kanan, dokter memasukkan selang berukuran seperti sehelai benang. Selang tersebut dimasukkan hingga mencapai pembuluh darah di otak.

Lalu, cairan kontras akan disuntikkan dan menimbulkan sensasi dingin di kepala. Rasanya sejuk dan semriwing gitu deh. Cairan kontras akan memperjelas gambaran bagian dalam pembuluh darah di tubuh. Dengan begitu, dokter dapat melihat letak penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah.

Selanjutnya, dokter akan menyuntikkan cairan pengencer darah yang disebut heparin. Cairan ini akan menghancurkan gumpalan darah yang menghambat aliran darah. Penyuntikan cairan heparin ke otak inilah yang menimbulkan istilah cuci otak.

Pada saat heparin disuntikkan ke pembuluh darah otak, rasanya mantabs kaks. Dunia serasa berputar seperti naik roller coaster. Saya sampai harus berpegangan di tempat tidur karena takut terjatuh.

Sensasi tersebut juga membuat saya merasa pusing dan mual. Bahkan, terkadang kepala juga terasa sakit seperti teriris.

Tindakan DSA biasanya akan berlangsung selama tiga puluh menit saja. Tapi, kondisi sumbatan saya tuh udah parah banget sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama, yaitu sekitar sembilan puluh menit.

Bahkan, dokter sampai harus menambah dosis heparin dari dosis yang biasa digunakan. Dokternya tuh terdengar panik dan bingung melihat keadaan sumbatan pada pembuluh darah saya yang sulit untuk dihancurkan.

Setelah seluruh proses penghancuran sumbatan dilakukan, selang akan ditarik keluar seluruhnya. Lalu, bagian pangkal paha  kanan ditutup dengan kassa tebal dan ditekan oleh perawat. Hal ini untuk mencegah darah mengalir keluar dari pembuluh darah.

Baca juga:   Nyeri Dada Sebelah Kiri Bukan Berarti Serangan Jantung, Jangan Panik!

Gimana hasil setelah dilakukan DSA?

Setelah dilakukan DSA, saya diharuskan untuk beristirahat di ruang perawatan. Saya dianjurkan untuk tidur dalam posisi telentang dengan tidak menggerakkan kaki kanan. Sebuah bantal pasir pun diletakkan di atas pangkal paha kanan.

Hal tersebut dilakukan selama sekitar empat jam, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pendarahan pada tempat masuknya selang DSA.

Sakit kepala yang semula saya rasakan, alhamdulillah sudah gak terasa lagi. Minggat kaks!

Menurut keterangan dokter, sumbatan pada arteri otak tuh sudah berhasil dihancurkan. Namun, masih ada sumbatan yang tersisa di vena yang gak bisa dihilangkan dengan DSA.

Meski begitu, saya merasa sangat bersyukur karena gak merasakan sakit kepala lagi. Alhamdulillah DSA pun gak memberikan dampak negatif ke tubuh saya.

Meski menuai kontroversi, DSA bisa menyelamatkan nyawa pasien penderita stroke seperti saya. semoga ada jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan kontroversi terkait DSA sehingga metode ini tetap bisa diterapkan untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Nah, apakaah kamu punya pengalaman merasakan cuci otak dengan metode DSA? Boleh sharing di kolom komentar ya!