Brightees, sudah kenal dengan terapi oksigen hiperbarik, kan? Kalau belum, kamu bisa baca artikel saya sebelumnya yang menjelaskan secara rinci terkait seluk-beluk terapi oksigen hiperbarik. Mulai dari definisi, manfaat, hingga jenis penyakit yang bisa diatasi dengan terapi oksigen hiperbarik. Semua lengkap dijelaskan di artikel tersebut.
Nah, di artikel ini, saya akan membahas secara lebih terperinci tentang prosedur sebelum menjalani terapi oksigen hiperbarik yang saya lakukan di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintoharjo. Apa saja sih, prosedur yang harus dijalani? Simak selengkapnya di bawa ini!
Baca juga: Kenali Terapi Oksigen Hiperbarik yang Bermanfaat Bagi Kesehatan Tubuh
1. Prosedur sebelum terapi oksigen hiperbarik yang pertama: rontgen torax
Prosedur pertama yang saya lakukan adalah menjalani rontgen torax di unit radiologi. Prosedur ini terbilang wajib bagi pasien agar dokter mengetahui kondisi kesehatan paru-paru dan jantung. Sebab, pasien dengan gangguan paru tak boleh mengikuti terapi oksigen hiperbarik. Selain itu,pasien yang menggunakan alat pacu jantung juga dilarang ikut terapi ini. Alasannya karena bahan dasar alat pacu jantung dapat berdampak negatif terhadap pasien ketika menjalani terapi oksigen hiperbarik.
2. berkonsultasi ke dokter
Selesai melakukan rontgen torax, saya diharuskan berkonsultasi dengan dokter yang khusus ditugaskan pada Hyperbaric Center Rumah Sakit Mintoharjo. Saat itu saya berkonsultasi dengan dokter Susan, dokter wanita yang terdengar tegas dan lantang. Ia memeriksa hasil rontgen torax untuk memastikan kondisi paru-paru saya dalam keadaan baik. Selain itu, dokter Susan juga memeriksa kondisi gendang telinga untuk melihat apakah ada sumbatan atau gangguan lain.
Setelah menyatakan kondisi paru-paru dan gendang telinga baik, dokter pun menjelaskan secara singkat terapi oksigen hiperbarik yang akan dijalani. Termasuk hal yang boleh dan tak boleh dilakukan selama terapi. Dokter Susan juga mempraktikkan tips sederhana saat telinga saya terasa berdengung dan tertutup selama menjalani terapi oksigen hiperbarik.
Akibat perubahan tekanan udara di ruangan terapi, telinga akan rentan berdengung dan tertutup. Maka, saya harus membuka dan menutup mulut atau melakukan gerakan mengunyah sampai telinga terasa normal kembali. Semua yang disampaikan harus betul-betul saya ingat demi kenyamanan saat terapi. Bahkan, dokter Susan tak segan mengulangi penjelasan pada bagian yang tak saya mengerti. Abisan banyak banget penjelasannya, saya pun bingung!
Baca juga: 5 Jenis Pemeriksaan Penyakit Jantung, Apa saja?
3. Berganti baju yang disediakan oleh rumah sakit
Nah, setelah berkonsultasi dengan dokter Susan, saya selanjutnya diarahkan ke ruang ganti. Berganti baju yang disediakan oleh pihak rumah sakit adalah prosedur sebelum terapi oksigen hiperbarik selanjutnya yang saya lakukan. Jilbab, baju kimono, dan celana panjang berbahan katun adalah baju yang khusus disiapkan bagi pasien terapi oksigen hiperbarik. Pokoknya pasien gak boleh pakai baju selain yang berbahan katun dan disediakan oleh rumah sakit. Termasuk penggunaan bra yang ada kawatnya, gak boleh banget!
Ruang ganti pria dan wanita terpisah, dan masing-masing ruangan disediakan banyak loker untuk menyimpan baju ganti. Tersedia pula kursi, meja, dan kaca. Setiap baju ganti yang dipakai sudah dicuci dan bersih ya,Brightees. Kebersihan baju ganti terjamin karena baju akan segera dicuci oleh petugas setelah digunakan.
4. Prosedur pemeriksaan lanjutan, gak boleh kelewat!
Setelah berganti baju, saya duduk di ruang tunggu sembari mengikuti pemeriksaan lanjutan oleh perawat. Kali ini yang diperiksa adalah tekanan darah dan kondisi hidung. Pasien dengan tekanan darah rendah dan tinggi tak diperkenankan mengikuti terapi oksigen hiperbarik.
Sementara, jika ada pasien dengan hidung mampet, akan diberikan obat tetes hidung oleh perawat. Sebab, terapi oksigen hiperbarik mengharuskan pasien menghirup oksigen murni melalui hidung. Jika hidung mampet dan bernapas mengunakan mulut, justru akan menimbulkan dampak negatif. Jadi pastikan hidung gak mampet ya, Brightees!
Baca juga: Pengalaman 2 kali Cuci Otak dengan Metode DSA untuk Atasi Stroke
5. Pemeriksaan dengan metal detector
Terapi oksigen hiperbarik menggunakan oksigen murni yang rentan terbakar ketika ada percikan api. Maka, saya gak boleh membawa barang bertenaga baterai dan mampu menyulut api. Semisal korek api, handphone, jam tangan, kalkulator, dan barang berbahan logam lainnya.
Untuk memastikan saya bebas dari barang terlarang di atas, seorang perawat akan memeriksa tubuh saya menggunakan hand metal detector. Jika dinilai aman, maka saya diperbolehkan memasuki ruang terapi oksigen hiperbarik.
Selain barang terlarang di atas, saya diperbolehkan membawa sebungkus permen dan sebotol air mineral. Kedua benda ini berguna banget untuk dikonsumsi ketika waktu rehat tiba.
Baca juga: MC Disabilitas Netra VS MC Awas, Simak Bedanya!
Kelima prosedur sebelum terapi oksigen hiperbarik ini ditujukan untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan selama menjalani terapi ya,Brightees. Semua dokter dan perawat yang bertugas di Hyperbaric Center Rumah Sakit Mintoharjo sangat ramah dan sigap memberikan pelayanan kepada saya dan pasien lainnya. Jadinya nyaman banget sih ikutan terapi oksigen hiperbarik ini. Nah, jika kamu mau tahu gimana pelayanan dan proses selama terapi oksigen hiperbarik, tunggu di artikel selanjutnya, ya! Yuk, share artikel ini ke media sosial kamu!
Leave A Comment