Brightees, siapa nih yang kangen dengan kenangan masa kecil bermain di alam bebas? Berlarian di rerumputan hijau, menikmati sejuknya air di sungai kecil, hingga menangkap capung pastinya jadi nostalgia masa kecil yang selalu dirindukan! Ah, membayangkannya saja sudah bisa membuat saya tersenyum simpul.
Nah, di artikel kali ini, saya akan bercerita tentang petualangan liar di alam bebas semasa kecil. Bagi saya, ini pengalaman yang sangat berharga. Mau tahu keseruan cerita nostalgia masa kecil saya? Kepoin di artikel berikut, yuk!
Baca juga: Dari Secapa Hingga Setukpa, Metamorfosa Hidup yang Nyata
Beruntungnya Tinggal di Pemukiman dengan Lapangan Rumput yang Luas
Semasa kecil, saya tinggal di rumah yang berdekatan dengan lapangan rumput yang luas. Sejauh mata memandang, barisan rumput hijau berbaris terhampar. Rerumputan ini begitu lembut layaknya permadani. Karena dirawat dengan baik, rerumputan tumbuh subur dengan ketinggian tak pernah melebihi mata kaki.
Beberapa pohon jenis Coniferae yang menjulang tinggi tampak tersusun rapi di pinggir lapangan. Daunnya berbentuk runcing memanjang seperti jarum, yang tumbuh di sepanjang dahan. Pohon ini memiliki daun hijau yang menggelayut di atas rerumputan berwarna senada.
Sepulang sekolah, saya kerap bermain di lapangan rumput bersama teman-teman. Entah bermain petak umpet, lomba lari, atau hanya sekadar berguling ria di rerumputan. Anehnya, saya tak pernah merasa bosan dan selalu mengunjungi lapangan rumput hampir setiap hari.
Tak kehabisan ide, kami akan mengkreasikan permainan baru ketika dedaunan pohon mulai berguguran. Daun yang telah berubah warna menjadi coklat akan digunakan untuk membuat rumah-rumahan. Serunya lagi, dedaunan akan dilemparkan ke udara dan dibiarkan menghujani tubuh kami seolah sedang bermandikan salju. Kreatif, kan?
Baca juga: Ada Anak Bertanya pada Emaknya, Deep Talk Session!
Menyatu dengan capung di Musim Panas, Nostalgia Masa Kecil Penuh Warna

Berlarian di tengah capung yang berterbangan di musim panas adalah nostalgia masa kecil yang seru (foto: Meta AI)
Capung adalah serangga yang mengagumkan bagi saya. Bentuk tubuhnya yang unik dengan sayap beraneka warna sukses membuat saya menjadi penasaran. Warna biru, merah, oranye, hijau, hingga ungu kerap menghiasi sayap mereka.
Serangga cantik ini kerap terbang melintasi lapangan rumput dan sesekali hinggap di antara rerumputan atau dahan pohon. Jika sudah begitu, kami dengan antusias akan mencoba menangkap mereka untuk mengagumi keindahan sayapnya.
Saking kagumnya, kami bahkan mengklasifikasikan capung dari warna sayapnya. Semisal, capung bersayap bening dengan tubuh hijau akan kami sebut capung bapak, capung bersayap merah disebut capung ibu, capung kecil bersayap biru dinamai capung anak, dan capung bersayap oranye disebut capung kakak. Sementara capung bersayap ungu kami namai capung putri karena sayapnya yang sangat indah bersinar seperti putri kerajaan. Sayangnya, capung putri cukup jarang ditemukan.
Jika musim panas tiba, kami bisa menyaksikan fenomena unik. Ratusan capung berwarna-warni terbang rendah di atas lapangan rumput. Kami akan berkumpul di tengah lapangan rumput sambil merasakan capung-capung menyentuh tubuh. Wah, rasanya menyenangnkan banget!
Keseruan nostalgia masa kecil berlanjut dengan keusilan kami mengejar capung untuk menangkapnya. Kami berlarian di sepanjang lapangan rumput sambil berusaha menggapai capung yang terbang tinggi menghindari tangan kami. Sesekali capung akan terbang rendah seolah mempermainkan kami yang selalu gagal menangkap mereka.
Baca juga: 7 Karakter Komik Detektif Conan Terfavorit, Gak Cuma Shinichi Kudo!
Bermain Air di Aliran Sungai, Nostalgia Masa Kecil yang Sejuk!

Nostalgia masa kecil bermain di sungai yang jernih (foto: Meta AI)
Tak jauh dari rumah, ada sungai kecil yang mengalir. Ketinggian air hanya sebatas mata kaki dengan bebatuan lembut di dasarnya. Airnya begitu jernih yang berkilauan jika diterpa sinar mentari.
Sungai ini menjadi tempat favorit kami untuk menyejukkan diri di tengah teriknya hari. Dengan asyiknya kami mencelupkan kaki untuk merasakan aliran air yang lembut. Sesekali bebatuan menjadi korban jemari kami yang usil berkelana.
Meski dangkal, sungai ini menjadi rumah bagi ikan-ikan kecil. Mereka berenang lincah ke sana ke mari menghindar untuk ditangkap. Bahkan, ada ikan kecil yang bersembunyi di balik batu sebelum akhirnya berenang menjauh dari tangan usil kami.
Baca juga: 8 Tahun Bersama, Kenapa Cinta Itu Masih Buta?
Nostalgia masa kecil dengan petualangan liar di lapangan rumput hingga aliran sungai sejenak menyejukkan di tengah penatnya hari. Sayangnya, lapangan rumput, capung beraneka warna, dan aliran sungai telah hilang berganti dengan bangunan bata yang kokoh. Perlahan tapi pasti, keindahan alam nan hijau semakin sirna seiring bertambahnya jumlah manusia di muka bumi. Nostalgia masa kecil yang menyatu dengan alam hanyalah tinggal kenangan yang melekat. Tak apalah, setidaknya saya masih memiliki nostalgia masa kecil yang indah dan tak terlupa hingga saat ini. Kamu punya nostalgia masa kecil dengan alam jugakah, Brightees?
Leave A Comment