Brightees, udah berapa lama kamu suka dengan aktivitas menulis? Sejak lama atau baru-baru ini aja seperti saya? Beberapa tahun silam, menulis gak pernah ada di kamus hidup saya. Saya gak punya minat untuk menulis artikel, berita, atau tulisan fiksi. Seriusan, itu bukan saya banget! Dulu hobi saya template banget layaknya mamah muda hits zaman now, apalagi kalau bukan nonton drakor dan baca komik. Seasyik itu sama nonton drakor sampai gak pernah kepikiran untuk menjadikan menulis sebagai hobi bahkan pekerjaan.
Tapi, emang benar bahwa Allah SWT maha membolak balikkan hati manusia. Yang dulunya gak suka dan gak kepo sama menulis, eh sekarang tuh jadi suka dan malah jadi nyandu. Wow banget! Nah, kali ini saya mau cerita tentang hobi baru saya yang satu ini. Mending kamu terusin bacanya, siapa tau kan kamu bisa ketularan untuk semangat menulis juga. Yuk, lanjut baca di bawah, ya!
Baca juga: Terungkap! Ini Rahasia di Balik Kesuksesan Menjadi Content Writer dan Blogger bagi Disabilitas Netra
Bukan jatuh cinta pada ketikan pertama
Semua berawal ketika kegelapan menyelimuti kehidupan saya. bukan karena matahari lagi ketutup awan, atau PLN lupa nyalain listrik di rumah. Tetapi, semua itu bermula ketika saya menjadi disabilitas netra. Berhubung saya udah resmi jadi disabilitas netra newbie yang belum punya skill mumpuni, mulailah saya bertualang mencari jati diri. Saya tuh penasaran tentang skill apa aja yang masih bisa dikuasai ketika menjadi disabilitas netra.
Sekalian saya mau menantang diri untuk belajar hal baru yang gak pernah saya coba ketika masih bisa melihat cantiknya dunia. Ada yang bilang saya tuh disabilitas netra nekat, masih aja mau belajar ini itu padahal mah udah jadi disabilitas netra. makin diomongin gitu, saya jadi makin nekat! Hahaha.
Bermodal kenekatan, saya mendaftar ke pelatihan menulis artikel opini yang semua peserta adalah non tunanetra. pelatihan ini diadakan secara daring dan setiap peserta ditugaskan untuk membuat artikel opini yang akan di-publish di sebuah media daring terkemuka. Usai pelatihan, saya merasa tipe tulisan seperti ini gak cocok buat saya. Lagipula media daring yang jalin kerja sama dengan pelatihan tersebut gak aksesibel bagi disabilitas netra. Mau baca artikel di media daring tersebut aja butuh effort banget, jadi saya makin gak tertarik, deh!
Pelatihan menulis pertama gagal membuat saya jatuh cinta pada ketikan pertama. Sepertinya memang saya belum berjodoh dengan tipe tulisan seperti ini. Jangan sedih, jodoh memang di tangan Allah!
Baca juga: Dari Secapa Hingga Setukpa, Metamorfosa Hidup yang Nyata
Creative Writing Training Mitra Netra, ada challenge interview layaknya jurnalis!
Meski gagal terpikat di pelatihan pertama, saya kekeuh cari pelatihan lain yang lebih menarik. Kali ini, saya cobain ikut pelatihan creative writing training yang diadakan oleh Yayasan Mitra Netra. Pelatihan ini hanya dikhususkan bagi disabilitas netra tulen seperti saya.
Pada pelatihan Creative Writing Training, saya berhasil dibuat terkagum-kagum karena semua mentornya adalah disabilitas netra. Buat disabilitas netra newbie kayak saya, itu waw banget. Secara saya aja baru mau mulai belajar menulis, ternyata di luaran sana malah ada disabilitas netra yang udah jago dan berprofesi sebagai jurnalis dan penulis!
Mulailah saya berkenalan dengan jenis tulisan kreatif seperti berita, artikel search engine optimization (SEO), dan copy writing media sosial. Tak disangka, ternyata saya suka sekali dengan tulisan tipe ini. Saya girang banget layaknya bertemu jodoh yang telah lama dicari, eciyee. Serunya lagi, ada challenge untuk lakuin interview layaknya the real jurnalis!
Sebulan lamanya waktu pelatihan, bikin saya makin penasaran sama jenis tulisan yang satu ini. Jadi, saya pun memutuskan untuk menekuni ilmu tentang artikel SEO dan copy writing media sosial ke berbagai pelatihan lain. Musababnya, saya merasa perlu menggali ilmu yang lebih mendalam dengan tulisan seperti ini agar lebih memahami. Lagipula, banyak belajar dari berbagai mentor itu harus banget, kan?
Baca juga: Disabilitas Netra Lebih Berisiko Alami Terjatuh dan Terbentur, Mitos Atau Fakta?
Digital Content Writing Suarise, nulis nulis dan nulis!
Takdir selanjutnya mempertemukan saya dengan sebuah pelatihan bertajuk Digital Contennt Writing. Pelatihan ini diadakan oleh Suarise, sebuah organisasi penyedia pelatihan menulis dan pejuang aksesibilitas bagi disabilitas netra. Tak main-main, pelatihan ini diadakan selama empat bulan lamanya dengan pelatihan berformat daring yang super padat. Materi yang diberikan adalah terkait penulisan artikel SEO, search engine marketing (SEM), hingga copy writing media sosial.
Jujur saja, pelatihan ini sangat melelahkan karena memberikan tugas praktik yang lumayan bejibun. Saya bahkan sering tidur hingga larut malam demi menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan. Salah satu tugas yang lekat di ingatan adalah membuat seratus jenis promosi SEM untuk sebuah produk asuransi. Bikin satu aja sulit, apalagi seratus! Seriusan ini berat banget! Meski begitu, tugas yang banyak ini ternyata memang sukses mengasah keterampilan menulis saya. Thank you, Suarise!
Setelah mendapatkan materi dari mentor, saya pun memasuki sesi on the job training. Sesi ini layaknya bekerja sebagai content writer dan mendapat content brief dari klien. Brief yang diberikan pun dari berbagai merk ternama, mulai dari produk asuransi, parfum, susu, hingga media kesehatan. Saya diharuskan membuat artikel SEO, SEM, dan copy writing media sosial untuk mempromosikan produk terkait. Saking banyak praktiknya, saya jadi benar-benar memahami cara menulis yang baik terkait mempromosikan produk dan layanan dari berbagai merk. Seru banget!
Baca juga: Whooz! Jelajahi Kota dengan LRT Palembang yang Murah Meriah
Salurkan hobi menulis pada blog
Seusai mengikuti pelatihan, semangat menulis saya membara banget dan tak terbendung. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat blog pribadi untuk menyalurkan kegemaran menulis ini. Sayang kan, udah capek menulis tapi hanya disimpan di laptop saja? Taraa, akhirnya jadi deh, blog www.rifkaprilia.com yang ditulis dengan mempraktikan teknik SEO dari berbagai pelatihan yang pernah saya ikuti!
Saya benar-benar gak nyangka bahwa menulis akan menjadi kegemaran justru ketika saya kehilangan penglihatan. Kalau dulu saya paling susah menulis artikel panjang, sekarang saya justru paling sulit untuk menulis artikel pendek. Plot twist! Jika dahulu menulis sangat tidak menyenangkan, kini menulis menjadi hobi yang sangat saya nikmati dan malah bikin nyandu. Kamu gimana, Brightees? Nyandu sama menulis juga, gak?
Leave A Comment