Brightees, siapa yang setuju kalau peran keluarga tuh penting banget di kehidupan? Begitu pun bagi disabilitas netra, keberadaan keluarga sebagai support system yang baik tentunya akan menumbuhkan sosok disabilitas netra yang mandiri. Baik bagi disabilitas netra yang kehilangan penglihatan sejak lahir, maupun seperti saya yang kehilangan penglihatan di usia dewasa. Peran keluarga yang memberdayakan akan memberi kekeuatan tersendiri bagi disabilitas netra untuk mengarungi kehidupan yang berliku.

Nah, kira-kira peran keluarga apa saja yang sangat krusial bagi disabilitas netra? Cari tahu di artikel berikut!

Baca juga: Pelajari 4 Keterampilan Dasar Bagi Disabilitas Netra, Dijamin Lebih Mandiri!

Mengapa Peran Keluarga Sangat Krusial Bagi Disabilitas Netra?

Sebagai sosok yang paling dekat dengan disabilitas netra, sudah sewajarnya jika keluarga memiliki peran yang krusial dalam memberikan dukungan. Terlebih status sebagai makhluk sosial menjadikan manusia saling membutuhkan satu sama lain, tak terkecuali bagi disabilitas netra.

Keluarga dianggap sebagai tempat ternyaman untuk meluapkan emosi yang terpendam, hingga meningkatkan kepercayaan diri. Nah, karena peran keluarga yang sangat krusial ini, penting banget untuk bisa mewujudkan keluarga yang suportif dan memberikan dukungan dari berbagai aspek kepada disabilitas netra.

Di sisi lain, keluarga disimbolkan sebagai fondasi yang mampu membentuk karakter dari disabilitas netra. Jika mendapat dukungan yang cukup dari keluarga, disabilitas netra akan tumbuh menjadi indovidu yang berkarakter dan mandiri. Sebaliknya, jika tak mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarga, disabilitas netra akan sulit untuk mencapai potensi diri.

Baca juga: Gak Sembarangan! Ini Peran Komunitas Bagi Pemberdayaan Disabilitas

Peran Keluarga Dalam Memberi Dukungan Emosional

Kehilangan penglihatan di usia dewasa tentunya akan memberikan pukulan emosional yang berat. Seperti yang pernah saya alami beberapa tahun silam. Tanpa kehadiran peran keluarga yang memberi dukungan penuh, tentunya saya akan sulit bangkit. Orang tua, bebsu, kiddos, dan adik saya merupakan circle terkecil yang berperan sebagai support system.

Mereka mampu menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang sehingga saya merasa diterima sebagai disabilitas netra di keluarga. Dengan begitu, saya jadi lebih cepat untuk menerima kondisi kedisabilitasan dan segera memulai tahap rehabilitasi secara mandiri.

Dukungan emosional lain yang ditunjukkan oleh keluarga saya adalah afirmasi positif untuk meningkatkan kepercayaan diri. Sebab, saya tuh jadi minderan dan gak mau ketemu teman atau kerabat. Bahkan, beraktivitas ke luar rumah tuh jadi aktivitas yang gak bakalan saya lakukan karena rendahnya kepercayaan diri.

Baca juga: Mau Wujudkan Peradilan Inklusif? Kenalan Dulu Dengan Disabilitas!

Memberi Akses dan Motivasi, Peran Keluarga dalam Proses Rehabilitasi

Nah, setelah berdamai dengan diri sendiri,saya memulai proses rehabilitasi. Berbagai keterampilan saya pelajari mulai dari orientasi dan mobilitas, activity daily living, hingga penggunaan teknologi asistif. Peran keluarga di sini adalah dengan memberikan akses ke seluruh keterampilan tersebut.

Orang tua dan bebsu meluangkan waktu di tengah kesibukan mereka untuk mendampingi saya mengikuti pelatihan di berbagai tempat. Bebsu dan adik saya juga membantu untuk mempelajari pembaca layar di handphone dan laptop hingga mendampingi ketika saya belajar berjalan dengan tongkat putih.

Bebsu juga gercep banget cari pelatihan daring untuk meningkatkan kemampuan disabilitas netra. Saking semangat kasih dukungan untuk proses rehabilitasi, bebsu dengan senang hati jagain kiddos di malam hari atau weekend. Saya sibuk pelatihan, bebsu sibuk jaga kiddos!

Baca juga: Emang Boleh Minuman Tradisional Empon-empon Sesegar dan Sesehat Ini?

Beri Dukungan Sosial, Salah Satu Peran Keluarga untuk Tingkatkan Percaya Diri

Dari individu yang minder dan gak mau pergi ke luar rumah, saya tumbuh menjadi disabilitas netra yang lebih percaya diri. Saya gak malu lagi kalau diajak orang tua dan bebsu jalan ke mall, ikut arisan keluarga, hingga traveling ke luar kota.

Kalau ketemu orang yang bertanya tentang kondisi saya, dengan senang hati deh saya ceritain kondisi kedisabilitasan saya. Biasanya tuh orang pada kepo lihat saya yang jalannya berpegangan sama orang tua. Koq bisa-bisanya masih muda malah dipegangin sama orang tua? Bikin kepo!

Dulu mah saya males banget kalau diajak makan di tempat makan yang ramai. Sekarang? Nagih mulu ke bebsu! Dulu gak kepikiran mau traveling jauh ke luar kota. Sekarang? Traveling tuh harus banget! Hahaha.

Tingkatkan Awareness, Keluarga Bisa Memberi advokasi Tentang Disabilitas!

Nah, peran keluarga yang satu ini menurut saya harus dilakukan. Sebab, dampaknya bisa sangat besar dengan meningkatkan awareness kepada masyarakat. Keluarga harus mampu berperan untuk memberikan advokasi terkait disabilitas.

Keluarga saya tak segan untuk berbagi cerita bagaimana cara saya bisa menggunakan teknologi untuk bekerja. Secara di masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa disabilitas netra tak bisa menggunakan teknologi dan tak bisa mengakses pekerjaan formal.

Keluarga juga kerap bercerita bahwa saya bisa beraktivitas secara mandiri, menjadi MC, hingga penulis untuk memberi pemahaman bahwa disabilitas netra dapat mandiri dan berpartisipasi di kehidupan bermasyarakat. Sebab, masih ada aja masyarakat yang nyinyir menganggap disabilitas netra tak bisa melakukan apa-apa dan harus mutlak bergantung kepada orang lain. Jangan berpikiran gitu, ya dek ya!

Dukungan keluarga yang kuat sangat penting bagi keberhasilan disabilitas netra dalam mencapai kemandirian dan kualitas hidup yang baik. Dengan peran keluarga yang mampu dimaksimalkan, disabilitas netra dapat mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dan mengembangkan potensi diri secara maksimal. Brightees, ayo jadi keluarga yang suportif bagi disabilitas!